Menyesal aku tak mungkin, kulahir pada zaman yang serba pesimis dan seolah hanya menggantungkan diri pada robot-robot kaleng berjalan itu. Seolah tak sadar jutaan otak yang kaya potensi justru larut pada bius kenikmatan nyamannya duduk dikursi robot-robot kaleng berjalan yang hanya menguras sedikit tenaga pagi para penggunanya. Sontak terfikir dibenakku apakah para petuah terdahulu juga merasakan hal yang sama seperti sekarang ini. Aku rindu pada suasana pagi seperti cerita dongeng, udara yang segar, siulan burung-burung yang seolah menyatu dengan merdu suara lambaian dedauanan yang juga nampak cerah menghadap sang surya.
Semua orang
seolah tak peduli lagi dan hanya memikirkan kesibukan yang hampir meningkat
dari hari kehari. Tidak hanya itu, tidak kenal jarak jauh dekat, manusia sudah
terbiasa untuk menggunakan robot-robot kaleng itu. Tidak ada urusan sayapun cuma
diperintah oleh sang tuan. Kalau sudah makan mau bensin, solar aku sudah siap
lagi. Mereka tidak segan mengeluarkan banyak uang asalkan kebutuhan mereka
terpenuhi. Hahaha… seandainya robot kaleng itu bisa berbicara. Apakah dunia bisa bertahan dengan pola hidup
seperti itu ?, bayangkan saja pada tahun 2010 manusia telah menyumbangkan
sedikitnya 35 miliar ton emisi karbon dioksida ke atmosfer. Ataukah mereka
tidak sadar akan gas buang yang robot-robot kaleng itu keluarkan, dan terlebih
lagi gedung-gedung pencakar langit yang seolah-olah menutupi dan mengurangi
Ruang Terbuka Hijau yang di disebabkan oleh kaum-kaum Kapitalis.
Dulu, suhu
kotaku tidak sepanas ini tapi sekarang seringkali aku mandi keringat ketika
keluar di siang hari inilah yang kita sebut efek
rumah kaca. Apakah Mereka belum sadar akan hal itu ? ataukah kerusakan
lapisan ozon di bumi antartika belum bisa menjadi saksi akibat kotoran-kotoran
yang dikeluarkan robot-robot kaleng itu ? menurutku kita semua sadar akan hal
itu tapi ini kembali lagi ke diri kita sebagai manusia untuk peduli bukan hanya
menyenangkan diri sendiri menikmati nyamannya duduk dikursi robot-robot kaleng
berjalan itu. Mungkin generasi kami sekarang masih bisa merasakan secuil udara
segar tapi apakah hal ini masih bisa dirasakan oleh anak cucu kami kelak nanti
? Saya rasa tidak, semua ini akan terlihat kelak nanti apabila kita tidak
mengubah pola hidup seperti ini di kota-kotaku mulai sekarang.
Belum ada tanggapan untuk "Antara Kesenangan,Kebutuhan, Sadar atau tidak Sadar?"
Post a Comment